PENDAHULUAN
Menurut Undang-undang No. 41 tentang Kehutanan tahun 1999, Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan wujud pemenuhan kawasan hutan sebagai wahana penelitian dan pengembangan IPTEK, termasuk pendidikan dan pelatihan, religi dan budaya, untuk dapat berkembang secara dinamis. Dari 30 KHDTK di Indonesia yang dikelola oleh Badan Litbang Kehutanan (Soemsudin et al., 2006), salah satunya adalah KHDTK Aek Nauli. KHDTK Aek Nauli bermula dari hutan lindung yang ditetapkan sebagai KHDTK melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 39/Menhut-II/2005, tanggal 7 Pebruari 2005 dengan luasan sekitar 1.900 ha.
Secara geografis KHDTK Aek Nauli terletak diantara 2˚ 41’ – 2˚ 44’ LU dan 98˚ 57’ – 98˚ 58’ BT dan secara administratif termasuk pada Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun. Kawasan ini merupakan daerah pegunungan pada ketinggian sekitar 1100 – 1250 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 3 – 65 %. Curah hujan bulanan rata-rata sebesar 206,5 mm dan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2452 mm dengan jumlah hari hujan sekitar 151 hari/tahun. Suhu maksimum bulanan berkisar antara 21,1 – 25 ˚C dengan kisaran suhu minimum antara 15,8 – 17,8 ˚C. Kelembaban relatif maksimum dan minimum bulanan rata-rata berkisar antara 67,5% - 85,6% dan 49,6% - 73,9% (Butarbutar dan Harbagung, 1996).
KHDTK Aek Nauli telah berfungsi sebagai bagian Daerah Tangkapan Air (DTA) bagi Danau Toba, habitat beragam jenis tumbuhan dan satwaliar dilindungi, dan kawasan ekowisata. Sebagian besar hutan KHDTK Aek Nauli merupakan hutan pinus dan hutan sekunder yang ditumbuhi beragam jenis tumbuhan, seperti Eucaliptus deglupta, kemenyan (Styrax sp.), meranti (Shorea sp), simartolu (Schima wallichii), medang (Litsea sp.), dan hoteng (Quercus sp.). Beragam jenis mamalia yang teridentifikasi diantaranya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (M. nemestrina), siamang (Hylobates syndactylus), kijang (Muntiacus muntjak), babi (Sus scrofa), dan rusa (Cervus unicolor). Adapun keberadaan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan beruang madu (Helarchos malayanus) perlu kajian lebih lanjut. Jenis-jenis burung yang banyak dijumpai adalah kucica hutan (Copsychus malabaricus), tekukur (Streptopelia chinensis), kutilang (Pynonotus aurigaster), burung semak dan jenis lainnya.
Melihat fungsi dan peruntukan KHDTK Aek Nauli sebagai wahana Litbang Kehutanan tentunya memberikan konsekuensi bahwa segala potensi di dalamnya perlu dikaji secara lengkap, terutama potensi keanekaragaman hayati (tumbuhan dan satwaliar). Informasi ini sangat penting sebagai dasar dalam menyusun model pengelolaan dan pemanfaatan KHDTK Aek Nauli yang lebih konprehensif. Begitu pula, dalam pemanfaatan hutan penelitian Aek Nauli sebagai lokasi ekowisata yang edukatif.
sumber: BALAI KEHUTANAN AEK NAULI
Ket: Supri, Bahri, dan Boy PGB sedang Berpose di depan Arboretum Aek Nauli Prapat |
Ket: Nepenthes tobaica, salah satu flora yang terdapat di Aek Nauli Prapat |
Ket: Marzuki sedang Melintasi Pintu Gerbang Aek Nauli Prapat | ||||
Wuih mantaf kali tuh.... para pejantan tangguh Bio Non Dik 08.., Kapan kita ulang lagi Komandan,..
BalasHapusada kesalahan penulisan nama model diatas..
BalasHapusoke., langsung ditindak lanjuti!
BalasHapusmapir juga kesini gan:
BalasHapuscamping ground aek nauli
sip aman
BalasHapusunimed sudah berkunjung 2 minggu kemarin tgl 16-18 november 2018
BalasHapus